MENUJU JATENG FAIR
SEBAGAI PERILAKU
*Marjono
Semenjak
saya tinggal di Kota Semarang, saya setiap tahun selalu meluangkan waktu untuk
mengunjungi dan singgah di keramaian pameran Jateng Fair yang disebut-sebut
sebagai ruang pesta rakyat Provinsi Jawa Tengah.
Di
area ini, tepatnya kompleks PRPP saya bisa menemukan dan menikmati berbagai
varian produk unggulan masyarakat, UMKM, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah dan swasta serta lembaga lain. Juga tidak pernah absen dunia hiburan
bagi anak-anak sekaligus stand-stand kuliner dan aneka promosi lainnya.
Dalam
even regular tahunan Pemprov. Jateng ini, kita bisa memperlakukan Jateng Fair
ini lebih dari sekadar even : ada pra even, dan ada hari H (pelaksanaan even).
Barangkali jarang ada even yang melakukan post even.
Artinya,
ada aktifitas luar biasa sebelum even digelar. Kemudian ada aktifitas even yang
bisa saja sama luar biasanya, atau lebih luar biasa, atau bahkan celakanya ada
aktifitas even yang malah kurang luar
biasa. Tentu saja yang ideal adalah hiruk pikuk even memiliki bobot yang jauh
lebih besar daripada pra even.
Apapun,
ketika sebuah even selesai yang tampak biasanya adalah wajah muram, bahagia dan
malas-malasan bahkan cacai makian, sumpah serapah atau laporan ke pihak
berwenang atas ketidakpuasan? Media pun intens memuat berita tentang
keberhasilan maupun kontras kegagalan. Tapi porsi yang disebut terakhir itu
jauh lebih besar muatannya ketimbang pertama.
Sebaliknya,
kita bisa memperlakukan aktifitas even Jateng Fair lebih dari sekadar even. Kita
bisa merekayasa perubahan mindset dan behaviour masyarakat
berangkat dari even tersebut. Rangkaian agenda Jateng Fair, lalu dimaknai
sebagai tujuan yang mau dicapai bersama-sama.
Diperlukan
sebagai sebuah acuan bagi setiap warga masyarakat : membuat mereka termotivasi,
tergerak dan terlibat langsung baik ketika ada atau tidak ada sidak atau
tinjauan pejabat. Terpenting memesona bagi masyarakatnya di wilayah itu
sendiri, dan bagi pihak-pihak lain. Bahkan, membuat orang-orang lain yang
berkunjung, singgah dan berinvestasi ke Jateng Fair, menikmati kehirukpikukan
masyarakat dalam melakukan, memelihara dan mengevaluasi even secara holistik
dari hulu hingga hilir.
Kesuksesan,
keterbukaan dan dinamika masyarakat terjaga melalui eksotika perhelatan Jateng
Fair, sehingga pihak lain yang datang dan pulang ke tempat mereka masing-masing
berkisah sukses atas prestasi even dan atau lokasi yang dikunjungi dan kemudian
berkunjung, singgah dan berinvestasi lagi dan lagi atau sebagai buyer dan
atau koneksi order dari produk dan teknologi yang dihasilkan di desa-desa yang
terus berjuang melawan kemiskinan.
Terpenting
lagi, terjadi penaikan penyadaran akan perang melawan kemiskinan sesuai aturan
yang berlaku, bukan melahirkan budak-budak baru pembangunan. Transformasi kematangan
sosiokultur masyarakat menjadi sangat penting dalam konteks ini. Dari kacamata
brand manajemen, Jateng Fair kemudian menjadi brand positioning.
Memperlakukan
Jateng Fair sekadar sebagai sebuah even hanya berdampak sesaat, tetapi
memperlakukan Pameran terbesar Jateng ini sebagai sebuah perilaku akan
berimplikasi sampai kepada anak cucu kita, masa depan masyarakat pedagang
kecil, perajin kecil, UMKM, inventor kecil, masyarakat berpenghasilan kecil
bagaimana berjiwa kompetitif, inovatif dan fairness.
Inilah
yang seharusnya menjadi pilihan hidup partisipan, pemerintah daerah dan even
organizer yang terlibat dalam even Jateng Fair, tak kalah pentingnya dukungan
dan partisipasi masyarakat setempat dan seluruh warga masyarakat Jawa Tengah. *Marjono,
staf Bapermades Prov. Jateng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar